Sunday, June 12

No Action Think Only

Well, kita semua di alam semesta terhubung dalam sebuah webstring.
Jaring-jaring yang tidak terlihat, seperti neuron-neuron syaraf di otak, yang terhubung dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Ketika kita sedang berlibur atau berbelanja, sempatkan juga untuk berpikir bahwa ada begitu banyak hal yang kita bisa ikut peduli di dunia ini untuk membuat kehidupan ini menjadi lebih baik.
Saya yakin sebenarnya kita peduli, hanya kadang-kadang kita tidak mendapat cukup informasi mengenai apa yang sedang terjadi di sekeliling kita.
(Bramastyo 2011)
Read more

Sore itu, seorang teman terdekat gue memberi link ke sebuah facebook's note yang ujung-ujungnya menyebabkan celosan hati yang cukup mendalam. Bukannya gimana-gimana, tapi serius deh note itu hampir memberi semua jawaban atas beberapa hal yang jadi sumber kegalauan gue akhir-akhir ini.
Lucunya, waktu gue bilang makasih ke temen gue yang ngasih link itu dia malah minta maaf. Dia merasa 'alay' dan mengaku menahan air mata saat pertama kali membaca note itu.
Tapi nyatanya yang dia gak tahu, gue pun sudah berkaca-kaca dari pertengahan cerita.
Sama seperti bagian yang ada di tulisan mas Wahyu Bramastyo itu, beberapa hal yang belakangan ini stuck di otak gue adalah masalah our mother nature and us, the human.
Entah sejak kapan kita sudah hidup di atas bumi ini dan dia sudah membiarkan kita mengeksploitasi segala macam isinya.
Dari 0 meter di atas permukaan tanah sampai puncak gunung tertinggi dan udara di atasnya, bahkan manusia telah menuai apa yang bisa mereka dapat dari dalam lapisan bumi.
Kalau dipikir, apa lagi coba yang kurang dari itu semua?
Apa yang kita butuh hampir semuanya tersedia di alam. Seharusnya manusia dapat hidup sejahtera-aman-sentausa di bumi ini.
Namun entahlah sepertinya kita semua belum bisa saling menghargai. Baik itu menghargai sesama Homo sapiens, atau terhadap spesies lain.
Dari dulu gue suka tiba-tiba sok berpikir dewasa, memusingkan hal yang bahkan gue sendiri gak terlalu mengerti, antara lain: kehidupan sosial masyarakat dan kerusakan lingkungan.
Dua isu itu sangat luas cakupannya dan gue yakin gue cuma tahu sekelumit dari kulit luarnya saja, tapi hal itu gak bikin gue berhenti kepikiran.
Dan di usia gue yang sekarang hampir 20 tahun, pikiran-pikiran sok dewasa itu lebih sering mendominasi otak gue.
Hal itu yang tadi bikin gue bilang 'lucu'.
Apa yang temen gue bilang, kalo dia ngerasa yah.. salah atau gak sepantasnya, istilahnya gitu kali ya, buat nangis mikirin hal kaya gitu.
Padahal bukannya hal itu yang justru patut kita pelihara?
If you're not felling a lil bit touched after reading those kinds of writing, then your heart is a stone.
Bumi yang kita tinggalin ini sedang merana loh.
Gimana gak sih kalo orang yang hidup di atasnya ini macam kita? Yang terus-menerus memperburuk lingkungan dan selalu berselisih paham antar sesamanya.
Dan mencari solusi di atas benang yang sudah telanjur kusut itu gak gampang. Hal itu pulalah yang kadang bikin gue ngerasa galau dan malu sendiri karena merasa sok dewasa secara tiba2.
Terkadang gue ngerasa ga guna juga mikirin hal yang begituan, karena di sisi lain hampir-hampir gue ga bisa melakukan apapun untuk membuat dunia lebih baik. I am definitely NATO (No Action, Think Only)
Tapi dari note mas Wahyu itu (terutama yang gue quote di atas), gue baru sadar hal-hal kecil seperti itulah yang bisa sedikit-sedikit kita lakukan.
Mungkin awalnya kita cuma bisa ikut prihatin, tapi gue yakin perasaan prihatin yang menumpuk di hati kita itu suatu saat akan melahirkan aksi konkret kita.
Ehm, tapi yaa lebih baik lagi kalo dari awal kita langsung beraksi nyata untuk menyelesaikan masalah sih haha.

Kita diberi Tuhan satu otak satu mulut dua mata dua telinga dua tangan dan dua kaki.
Tahu apa artinya?
Wallahua'lam sih, tapi mungkin Dia hanya ingin kita lebih melihat mendengar dan beraksi.
 

the wise travesty Copyright © 2011 -- Template created by O Pregador -- Powered by Blogger